Ini adalah versi bahasa Indonesia dari artikel ini
Film yang disutradarai oleh Andrew Stanton ini menceritakan tentang bumi
yang telah ditinggalkan manusia selama ratusan tahun, karena sudah dianggap
tidak layak ditempati oleh manusia akibat keadaannya yang telah menjadi tumpukan
sampah yang tidak dapat didaur ulang. Karena itu, manusia memutuskan untuk
menciptakan pesawat luar angkasa sebagai tempat tinggal mereka.
Ratusan ribu robot penghancur sampah yang dinamakan WALL-E ditinggalkan
untuk membersihkan bumi. Namun lama kelamaan WALL-E hanya tersisa satu unit
yang masih aktif dan masih bertugas membersihkan bumi dari sampah. Suatu hari
di saat WALL-E menjalankan tugasnya, dia menemukan sebuah tanaman kecil yang
sebenarnya sangat jarang ditemukan akibat keadaan bumi yang sudah tidak ramah,
untuk kemudian WALL-E menyimpan tanaman tersebut dalam sebuah sepatu usang.
Tak lama kemudian, datang sebuah pesawat luar angkasa yang datang ke
bumi untuk mengantar sebuah robot wanita bernama EVE, yang ditugaskan untuk mencari
tanda-tanda kehidupan di bumi. EVE dan WALL-E berkenalan, kemudian WALL-E
menunjukkan tanaman yang dia temukan tersebut. Karena kondisi EVE yang telah
diprogram untuk mencari tanda-tanda kehidupan, termasuk tanaman, EVE menyimpan
tanaman itu ke dalam tubuhnya. Setelah itu EVE dinonaktifkan secara otomatis
dan dijemput kembali oleh pesawat luar angkasa. Karena WALL-E sangat menyukai EVE,
WALL-E mengikuti pesawat luar angkasa yang membawa EVE tersebut.
Pesawat luar angkasa tersebut akhirnya sampai di pesawat induk yang berasal dari bumi yang bernama AXIOM. Ternyata di dalam pesawat tersebut, tinggal banyak sekali manusia, namun kondisi mereka sudah sangat berbeda dari saat mereka masih hidup di bumi. Mereka hanya duduk di semacam kursi roda dan melakukan komunikasi melalui sebuah media elektronik berupa monitor yang terpasang di masing-masing tempat duduk mereka. Segala aktifitas mereka dikendalikan oleh robot, sehingga manusia menjadi malas dan menjadi sangat gemuk, dan tidak mampu berdiri dan berjalan. Pilot pesawat AXIOM, Kapten B. McCrea, yang memiliki bentuk fisik yang sama dengan manusia lainnya, memerintahkan segala tugasnya kepada sistem autopilot pesawat yang bernama AUTO.
Setelah Kapten B. McCrea bertemu dengan EVE dan mengetahui bahwa EVE
telah menemukan tanaman di bumi, Sang Kapten memutuskan bahwa manusia harus kembali
ke bumi. Namun, karena program AUTO yang telah diatur untuk mencegah manusia
untuk kembali ke bumi, pertarungan pun terjadi. Para manusia juga berjuang
untuk dapat berdiri dan berjalan, setelah selama ini amat dimanjakan dengan teknologi.
Pertarungan ini dimenangkan oleh Kapten, yang dibantu oleh WALL-E, EVE, dan
manusia. Akhirnya, seluruh isi pesawat dapat kembali ke bumi dan
menjalani kehidupan seperti pada jaman dahulu kala.
Lalu, apa hubungannya dengan Interaksi Manusia-Komputer?
Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa akibat dari kemajuan teknologi,
manusia hidup dalam dunia yang serba otomatis, praktis, dan terlalu tergantung
pada teknologi, bahkan sampai melupakan hakikat hidup yang sebenarnya.
Teknologi, dalam hal ini komputer, termasuk robot, telah menjadi pengendali
manusia. Hal ini seharusnya tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Manusia lah
yang seharusnya mengontrol komputer, bukan sebaliknya.
credit : uploader
Dikisahkan juga tentang kondisi bumi yang dicemari oleh sampah yang tidak dapat didaur ulang, di antaranya sampah-sampah elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa manusia pun harus bertindak bijak dalam membeli dan menggunakan barang-barang elektronik, jangan hanya sekedar menjadi “sampah” yang tidak berguna di kemudian hari.
Film ini secara tidak langsung telah menyadarkan manusia untuk lebih
memperhatikan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
Jangan sampai manusia menjadi budak teknologi, yang mengakibatkan berkurangnya
interaksi sosial antar manusia dan manusia dengan alam. Ada baiknya jika
manusia bukan hanya bertugas sebagai pengguna, tapi juga sebagai pengendali
teknologi sehingga teknologi tersebut tidak akan menyerang balik manusia di
kemudian hari.
0 comments:
Post a Comment